Tuesday, September 04, 2007

Tugas Akhirku Memory Ku

Tugas Akhirku Memory Ku

Harapan sekarang hanya tinggal harapan, cinta sekarang hanya tinggal legenda, semua tersusun disebuah buku hasil usaha seorang anak tuk ibu dan ayahnya, dengan jeripayah ibu dan ayahnya tuk besarkan seorang anak hingga dia sukses menggapai mimpi, dengan tetesan air mata ibu dan ayahnya yang harus rela dicaci, dimaki, dihina, demi anak tercinta. buku itu didapat dari keringat seorang ayah yang harus rela banting tulang tak peduli sakit hujan panas siang malam itu juga tuk anak tercinta, anak itu kini hanya bisa berdo'a dan berusaha agar ibu dan ayahnya bisa bahagia, karna dia tau belum ada yang bisa diperbuat olehnya, anak itu kini juga belum bisa berdiri tegak karna saat ini sebelah kaki nya terluka tertusuk duri dari sebuah mawar yang disayanginya, mawar itu kini meninggalkan luka dikaki dan meninggalkan wangi dihati, anak itu kini tetap berusaha tuk selalu bisa bangkit walaupun hanya dengan satu kaki, dengan tertatih ia tetap berusaha berdiri, dan mencoba menyiram mawar yang sudah layu karnanya, ia tak mengerti mengapa mawar itu harus layu dan mati, tapi ia selalu ingat nasehat dari seorang tua yang pernah berkata padanya " jangan pernah katakan selamat tinggal pada mawarmu kalau kamu yakin suatu saat nanti mawar mu akan mekar kembali karnamu, jangan pernah jadi seorang yang cengeng, kamu harus selalu tegar dan bisa berdiri tegak menatap hari depanmu, itu semua hanya sebuah cobaan, dibalik kegagalan mu masih ada keberhasilan mu, dibalik keberhasilanmu pasti ada kegagalanmu, sesuatu yang kamu dapatkan dari usahamu itu akan abadi, begitu juga sebaliknya, jangan pernah merasa jadi pemenang kalau kamu berhasil mendapatkan sesuatu, akan tetapi yang harus kamu lakukan adalah selalu bersyukur pada-Nya karna Dia-lah kamu bisa jadi begini, dan kamu juga harus bisa mensyukuri semua pemberia-Nya". Kata itu menjadi ingatan buatnya, dengan kata-kata itu ia selalu berusaha dan terus berusaha,

Coretan demi coretan, goresan demi goresan disebuah kertas putih yang dikumpulkannya dari serpihan buku-buku guna mengisi indahnya sebuah hasil karya, siang malam hujan panas ia tempuh demi hasil yang diinginkan, tertawa sedih itu yang selalu ia lewati dengan teman seperjuangannya, tapi ia selalu tabah menghadapi semuanya, kerikil kecil dan batu besar yang menghalangnya selalu dihadapi dengan sebuah senyuman, senyum itu indah, kebersamaan itu anugrah, itu yang selalu ada dalam hatinya, keceriaan selalu terpancar menyembunyikan gelisah yang belum redah, dengan selalu ingat pada-Nya diselah kesibukanya ia berharap mendapatkan jalan tuk menyelesaikan masalahnya.

Menghadap seorang pembimbing tugas akhir yang ada hanya sebuah revisi dari apa yang telah dibuatnya, tetapi ia tetap menganalisa apa yang talah dilakukannya, hari demi hari bergulir, bulan demi bulan berlalu begitu saja, saat akhir yang mendebarkan ia semakin terjepit desalah tebing yang curam, akankah ia harus memanjat tebing itu? Atau... apakah ia harus terjun kebawah? itu gundah hati yang menghantui, dicelah itu ia terus berpikir dan merenung apakah aku harus terjun yang ada aku hanya menjadi bangkai yang akan mengeluarkan bau busuk yang menjadi santapan elang yang menatap tajam dan mebuat orang tuaku murung, akan tetapi ia selalu ingat nasehat seorang tua, akhirnya ia memanjat tebing itu dengan susah paya hingga mencapai puncak, jeripayahnya kini tidak sia-sia ternyata diatas puncak itu ada sebuah pena yang bisa dibawa tuk jadi senjata dalam menyelesaikan tugas akhirnya.

Kehilafan yang ada dalam tugas akhirnya menjadi sebuah pertanyaan disaat ia dihadapkan oleh dua orang penuntut yang menanyakan arti dari kehilafan itu, dengan sebuah senyuman ia menjawab semua pertanyaan. Sambil menatap didepan sebuah pintu mawar yang layu karnanya, ia menatap luka di kakinya seakan luka itu seperti mata elang yang menatap tajam buas ingin mencengkram, tatapan itu kini menjadi sebuah pertanyaan yang belum terjawab olehnya, karna mawar itu sudah mati. Pertanyaan itu kini tinggal dalam hatinya seakan terpatri dan bungkam.

Kini hasil karya terbesar itu menjadi sebuah buku yang berisikan Lembar persembahan untuk ibu dan ayahnya serta keluarga dan teman-temanya, didalamnya juga berisikan ucapan terimakasih buat ayah dan ibunya serta keluarga dan teman-temannya, ada juga sebuah gorsan pena dari teman dan pujaan hatinya yang menjadi suatu kenangan yang takkan terlupakan hinga nanti.

By : J

Pentoel_oon@yahoo.com ( ' J ' )

No comments: