Akhirnya semua berujung di Persimpangan.
Gadis menghentikan langkahnya. Sejenak termenung kemudian jongkok. Tatap matanya kosong menembus bumi; kering dan berdebu. Telunjuknya sibuk membuat guratan-guratan, melukai tanah berdebu, berakhir dengan sebuah nama. "Dias", batinnya mengeja. Sesaat! Kemudian dihapusnya tulisan itu dengan telapak tangan. Telunjuknya kembali membuat guratan-guratan. "Dani", batinnya kembali mengeja. Begitu seterusnya: menggurat - "Dias" - menghapus - menggurat - "Dani" - menghapus - .... Entah sudah berapa kali. Ada nafas keresahan yang dihembuskan keras. Ada perasaan gelisah, ada sesuatu yang menyelip di otak. Matahari terus memancarkan panasnya, terik yang mengeringkan bumi. Angin kemarau menerbangkan debu-debu. Menampar wajah, memedihkan mata dan bermuara di dada menjadi sesak.
-- oo --
Perjalanan hidup masih panjang. Ini baru apa yang dinamakan babak. Masih akan ada berpuluh apa yang dinamakan dilema. Manusia harus tegar!
-- oo --
Debu kemarau telah banyak mengotori rambutnya. Angin mengirimkan nuansa kesejukan di matanya. Kesejukan yang basah. Air mata. Lelehannya menyadarkan kesendiriannya.
Ia harus mengikuti kata hatinya. Lepas dari bayangan Dias; Lepas dari bayangan Dani.
Gadis menarik nafas panjang. Berdiri, menatap tajam ke depan. Perjalanan harus dilanjutkan.
Gadis mengayunkan langkah. Dipejamkan matanya. Didengarkan kata hatinya. Biarlah ia yang menuntun langkah.
-- oo --
Persimpangan itu menjadi lengang. Kering dan berdebu. Pada titik pertemuannya, ada dua gumpalan debu yang basah. Di dekatnya ada guratan-guratan yang samar terbaca. Sebelum angin kemarau meratakannya. Sebelum roda waktu menggilasnya.
"?".
Sunday, August 13, 2006
VIP (valentine In Pancoran 2003) {numpang yah zai}
Subscribe to:
Posts (Atom)